28 Juni 2009

Profile :


Albini: The future belongs to the analog loyalists


Terlahir sebagai Steven Frank Albini, di usia yang masih relatif muda ia memutuskan untuk berkarir di dunia musik. Tapi tak hanya bermain musik, kelahiran Pasadena, California ini juga dikenal handal sebagai produser musik, audio engineer hingga jurnalis di media musik.

Menghabiskan masa kecilnya dengan berpindah-pindah, ia akhirnya menetap di Missoula, Montana tahun 1974. Berawal dari kebosanan yang menjangkiti kesehariannya, Albini mulai terdorong untuk menekuni musik. Awalnya ia belajar bass bahkan ia mengambil kursus untuk menguasai instrumen satu ini. Saat itu, Albini juga setia mengikuti musik-musik dari Ramones, dan baginya band ini adalah salah satu band yang layak ia dengarkan selain The Stooges, Television, The Fall, Velvet Underground, The Birthday Party dan Killing Joke dan beberapa band lainnya. Lulus SMU, ia mulai masuk perguruan tinggi dan memilih bidang jurnalistik. Dari sini ia mulai sering menulis untuk zine lokal salah satunya, Matter, media yang menyoroti scene punk-rock saat itu. Di tahun 1982 ia kemudian membentuk Big Black bersama Jeff Pezzati dan Santiago Durango dan sempat merilis beberapa EP seperti Bulldozer, Racer-X dan album Atomizer serta Songs About Fucking. Setelah mendulang kepopuleran lewat kontroversi dan lirik-lirik yang terkenal "keras", mereka bubar di tahun 1987. Tak berhenti di sana saja, Albini kemudian menciptakan kontroversi baru bernama Rapeman di tahun yang sama. Tak seperti band sebelumnya, Rapeman hanya bertahan setahun setelah merilis EP Budd dan album Two Nuns and a Pack Mule. Dan sejak 1992 hingga sekarang Albini masih setia bersama Bob Westomn dan Todd Trainer yang tergabung dalam band bentukannya, Shellac. Hingga kini mereka sudah merilis 4 album At Action Park (1994), Terraform (1998), 1000 Hurts (2000), dan Excellent Italian Greyhound (2007).

Sejak beberapa waktu lalu, Albini mulai aktif menjadi produser. Untuk pekerjaan satu ini ia cukup banyak mendapat pengaruh dari John Loder yang dikenal mampu membuat album dalam waktu yang relatif cepat dengan harga murah, tapi tetap berkualitas. Loder juga peka terhadap sound serta nilai estetis yang dimiliki oleh band yang ia asuh.
Sebagai produser, Albini tidak menerima royalti dari album yang dia rekam/mix. Band yang mempekerjakannya cukup membayar uang sewa flat yang digunakan untuk rekaman (sementara fasilitas yang digunakan adalah miliknya sendiri), meski begitu ia tetap bisa menghasilkan album berkualitas. Ia juga dikenal sangat murah hati karena kerap membiarkan teman-teman musisi lainnya menggunakan fasilitas di studio miliknya. Menurut Albini dia sangat tidak setuju dengan tindakan beberapa produser yang sering terlalu berlebihan dalam memegang kendali terhadap satu band. Bagi pria 46 tahun ini, melibatkan band dan mendengarkan apa yang mereka mau serta tidak bersikap bossy adalah hal yang akan selalu ia pegang sebagai produser.

Tak heran banyak sekali musisi yang senang bekerjasama dengannya, baik sebagai produser maupun sebagai audio engineer. Hingga kini Albini tercatat sudah menghasilkan sekitar 1.500-2000 album dan kebanyakan untuk musisi yang tidak terlalu populer. Adapun beberapa nama populer di antaranya adalah Nirvana, The stooges, Pixies, PJ Harvey, Manic Street Preachers, mono, Dirty Three, Slint, Bush, Nina Nastasia, Jawbreakers dan masih banyak lagi.

Album-album yang berasal dari sentuhan tangan dinginnya ini kebanyakan menghasilkan sound sonic yang khas. Ia juga dikenal lebih memilih rekaman live di studio dimana para personil band berada dan bermain dalam satu ruangan. Dan ciri lainnya ia punya kebiasaan menjaga vokal tetap "low in the mix". Hal ini bisa didengar lewat album In Utero milik Nirvana. Di album ini orang bisa menemukan contoh rekaman tipikal Albini.

Begitu banyaknya karya cemerlang yang dia hasilkan, tak heran jika kemudian banyak orang yang memandangnya sebagai sosok yang sangat pintar dalam industri musik termasuk dalam perkembangan musik indie. Sudah bukan rahasia lagi jika Albini menjadi pendukung setia bagi label-label indie yang tengah mencoba melakukan gebrakan, salah satunya adalah Touch and Go Records. Albini juga dengan tegas mendukung proses rekaman analog ketimbang digital dimana ini bisa jelas terbaca di sampul CD Big Black, Songs About Fucking (1987). Di sana ia mengatakan "The future belongs to the analog loyalists. Fuck digital." Namun ia kemudian mengalah juga pada gempuran teknologi digital dan kemudian mendirikan Studio Electrical Audio. Meski memiliki studio ini, Greg Norman, sang engineer di sana mengaku bahwa rekannya itu selalu menolak untuk membicarakan set-up peralatan digital di studio itu. Studio ini juga merupakan sponsor bagi Winnemac Electrons of the Chicago Metropolitan Baseball Association.

Dan kini sudah lebih dari dua dekade ia berkiprah dalam dunia musik. Selama itu pula, banyak orang yang memberikan penghargaan kepadanya, di antaranya dengan membuat lagu yang didedikasikan untuk seorang Steve Albini. Sebuah band indie-rock asal Los Angeles, The Black Watch membuat lagu berjudul "Steve Albini" yang terdapat dalam EP mereka Seven Rollercoasters (1997), lalu "Letter to Fanzine" milik The Great Plains, "Steve Albini's Blues" dari Songs:Ohia dan dua lagu milik Wesley Willis yang berjudul "Steve Albini" dan "Steve Albini (Reprise)". Bahkan sebuah band dari Perancis menamakan bandnya dengan "Enregistré par Steve Albini" (Recorded by Steve Albini).

Comments :

0 komentar to “Profile :”

Posting Komentar

My Banner

Create your own banner at mybannermaker.com!
Copy this code to your website to display this banner!

Iklan...

Pasang Iklan Gratis
 

Copyright © 2009 by METAL MANIA