04 Desember 2009

Pentas Penghabisan Ucok AKA



Ia telah pergi. Penyanyi rock legendaris, Ucok "AKA" Harahap, meninggal di Rumah Sakit Dharmo, Surabaya, Jawa Timur, dalam usia 70 tahun, kemarin. Kanker paru-paru stadium 4 menggerogoti tubuhnya. Dia dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Kebraon Tegal, Surabaya.

Pemakaman itu disaksikan tiga personel AKA Band yang masih hidup, yakni Athur Kaunang (pemegang bas), Sunata Tanjung (gitar), dan Syech Abidin (drum). Mereka berdiri berjajar memberi penghormatan terakhir hingga Ucok dimasukkan ke liang lahat.

"Rencananya akan dilakukan penghormatan dengan menyanyikan lagu Ucok, tapi sudah terlalu siang, kasihan almarhum," kata Intan Mutiara, anak kelima Ucok. Athur Kaunang menuturkan, kematian Ucok sama dengan hilangnya motivator besar musik rock Indonesia. "Dia legenda rock yang pernah ada di Indonesia," kata Athur.

Sahabat sekaligus teman main musik Ucok, Achmad Albar, yang melayat di rumah sakit, mengatakan Ucok adalah teman yang selalu memberikan semangat hidup. "Dia selalu bikin suasana hidup. Setiap dengan dia, kami selalu tertawa," kata Iyek--panggilan Achmad Albar, yang datang ke rumah sakit bersama Ian Antono melihat jenazah Ucok.

Perkenalan pertama kali Iyek dengan Ucok terjadi ketika mereka menggelar konser bareng di Gelora Tambaksari, Surabaya, pada 1973. "Saat itu AKA sudah ngetop, saya baru pulang dari Belanda dan mendirikan God Bless, lalu manggung bareng," kata Iyek mengenang. Iyek mengaku terakhir kali bertemu dengan Ucok saat keduanya diundang ke acara "Kick Andy" beberapa waktu lalu. "Setelah itu kami hanya telepon dan SMS-an."

Ucok lahir di Surabaya pada 25 Mei 1943 dengan nama Andalas Datuk Oloan Harahap. Ia dikenal sebagai musisi rock yang suka melakukan atraksi panggung penuh kejutan. Suatu kali, ketika AKA tampil bareng band asal Taiwan, Gigi Girl, di arena terbuka Taman Ismail Marzuki pada 1973, Ucok melompat ke tembok dan naik ke genteng. Itu dilakukan saat membawakan lagu Crazy Joe.

Selanjutnya, ia kembali muncul ke panggung dengan tubuh yang dicambuk algojo. Kakinya diikat, digantung, kemudian ditusuk dan dimasukkan ke peti mati. "Aksi ini mendapat aplus luar biasa. Namun, usai aksi itu, di belakang panggung Ucok sempat kejang-kejang seperti kesurupan. Remy Silado, yang menonton pertunjukan itu, segera menyiramkan seember air ke tubuh Ucok. Setelah pentas itu, nama Ucok dan AKA langsung meroket. Bahkan AKA kemudian dikontrak bermain di sebuah restoran di Singapura.

AKA sendiri dibentuk pada 23 Mei 1967. Nama AKA diambil dari apotek Kali Asin, nama apotek milik orang tua Ucok. Di mata pengamat musik Denny Sakrie, Ucok memang pemusik sensasional pada masanya. Menurut Denny, Ucok selalu menggabungkan pertunjukan musik dan gimik teatrikal.

Denny bercerita, pada 1970-an, dunia rock terbagi menjadi dua penggemar berbeda. AKA berkibar dengan penggemar di Jawa Timur. Rivalnya adalah God Bless, band rock yang vokalisnya Achmad Albar.

Atas usul seorang wartawan musik senior, Heri Mansyur, dua musisi pentolan itu bergabung. Duet band cadas ini kemudian diberi nama Duo Kribo, karena sama-sama memiliki rambut kribo. Irama Tara tertarik merilis album ini. Penata musiknya waktu itu adalah Ian Antono, yang kemudian mengajak sahabat-sahabatnya di God Bless menggarap musiknya.

Menurut Denny, jika dilihat, duet hanya terjadi pada beberapa lagu, antara lain Monalisa dan Wadam. "Dua lagu itu pun lebih banyak didominasi Achmad Albar," ujar Denny. Lagu lainnya bahkan dinyanyikan solo oleh Albar maupun Ucok.

Di luar pemanggungannya yang garang, AKA sesungguhnya tergolong band kompromis saat itu. "Mereka menciptakan album 'Badai Bulan Desember', yang sebetulnya adalah lagu cengeng," tutur Deny. AKA juga pernah memainkan lagu jenis kasidah, pop Melayu, maupun pop Jawa.

Kepergian Ucok juga menyisakan kenangan pada Suko Susilo, pemilik radio BRASS FM, Kediri. Di rumah pria itulah tahun-tahun terakhir ini Ucok pernah tinggal. Suko ingat, ia kenal Ucok ketika musisi ini menjadi bintang tamu di radionya pada 2007. Ucok kemudian tinggal di rumahnya. Ucok saat itu baru terkena serangan prostat. Untuk membangun semangat hidup Ucok kembali, Suko, yang juga musisi dan pengusaha percetakan, mendirikan studio dan kafe di kawasan wisata Goa Selomangleng.

Bahkan di tempat ini pula Ucok sempat membentuk grup band AKA Reformasi atau AKAR, yang digawangi Suko Susilo, Pardi Artin, Wiwit, dan Ucok sebagai pemain keyboard. Tak hanya itu, Suko Susilo dan istrinya, Binti Rachmawati, membantu mempublikasikan Ucok di sejumlah pergelaran musik.

Salah satu keinginan Ucok yang belum terkabul adalah tampil menghibur korban Lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo. Menurut anak Ucok, Iskandar Muda, bapaknya meminta dibuatkan panggung 2 x 3 meter di Porong.

Ucok sempat datang ke Porong untuk meminta izin tampil. Saat itu, Ucok mendatangi Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo. Tetapi, kata Iskandar, penampilan eksentrik Ucok membuat pihak badan itu mengira Ucok adalah dukun. Sebab, sebelumnya banyak dukun yang mengaku ingin menghentikan lumpur Lapindo yang dilarang Badan Penanggulangan Lumpur.

Menurut Iskandar, Ucok sakit hati lantaran larangan itu. Ucok tak jadi pentas penghabisan di Porong.

Comments :

2 komentar to “Pentas Penghabisan Ucok AKA”

Gembuck mengatakan...
on 

Sipa lagi yang bisa menggantikan sosok seorang UCOK "AKA" HARAHAP di belantika musik Rock Indonesia???Semoga segala jasa-jasanya dapat di kenang seluruh Rakyat Indonesia...AAAMIIIIN!!

Oracle Team mengatakan...
on 

Meskipun saya adalah anak baru di dunia musik ROCK, namun bagi saya Bang Ucok adalah salahsatu superhero ROCK Indonesia! Turut berduka atas keperhian Abang.

Ayo generasi mdua! Mana semangatmu? Ke mana keberanianmu? Semangat ROCK mu? Buang kepedihanmu!


http://ademalsasa.co.cc

Posting Komentar

My Banner

Create your own banner at mybannermaker.com!
Copy this code to your website to display this banner!

Iklan...

Pasang Iklan Gratis
 

Copyright © 2009 by METAL MANIA